A. Perkembangan Bahasa Anak
1. Hakikat Perkembangan Bahasa
Anak – anak memperoleh komponen bahasa utama dari ibu mereka dalam waktu yang relatif singkat. Ketika mulai bersekolah mereka mempelajari bahasa formal, mereka sudah mengetahui cara berbicara untuk berkomunikasi dengan orang lain. Mereka sudah mulai mengu capkan sebagian besar kata.
Perkembangan bahasa tindak berhenti ketika anak sekolah atau dewasa, proses perkembangan bahasa trus berkembang terus sepanjang hayat.
Laura E Berk (Ahli Psikologi Perkembangan dari Illinois State University ) “Perkembangan bahasa merupakan kemampuan khas manusia yang paling kompleks dan mengangumkan, walaupun bahasa itu kompleks umumnya berkembang pada individu dengan kecepatan yang luar biasa pada awal masa kanak-kanak.
2. Tahapan Perkembangan Bahasa
Tahap perkembangan bahasa menurut beberapa ahli :
- Eimas ( dalam Gleason 1985; 2)
Bayi memperoleh bahasa ketika berumur kurang satu tahun dan berlum bisa mengatakan satu katapun. Mereka memperhatikan muka orang dewas dan menganggapinya menggunakan bahasa bukan dalam arti sebenarnya. Juga dapat membedakan beberapa ucapan orang dewasa.
- Gleson (185;3 )
Ketika satu tahun anak mulai mengoceh atau bermain dengan bunyi, sepertihalnya bermain jari – jari tangan dan jari kaki.
Seperti kemampuan berjalan kemampuan berbicara anak – anak diseluruh dunia mulai pada umur yang hampir sama yang disebut dengan priode perkembangan pralinguistik.
- Bruner
Fase perkembangan bahasa ada 3 yaitu :
1) Periode Enaktif (0-1 tahun ) yaitu periode melakukan tindakan dan pekerjaan
2) Periode Ekonik (1-4tahun ) saat berkembangnya khayalan
3) Periode simbolik ; periode ini dimulai pada umur 4 tahun dan berlangsung sepanjang hidup, anak belajar menggunakan sistem simbol khususnya bahasa.
- Piaget
Fase perkembangan kognitif menurut Piaget
1) Sensorimotor : terjadi sejak lahir sampai 2 tahun, pada periode ini anak memanipulasi objek dilingkungannya dan mulai membentuk konsep
2) Praoperasional : terjadi umur 2 – 7 tahun; anak memahami pikiran simbolik, tetapi belum dapat berpikir logis
3) Operasional konkret : 7 – 11 tahun ; anak dapat berpikir logis mengenai benda – benda kongkret
4) Operasional formal (12 – 18 tahun ); Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah anak sudah mampu berpikir abstrak dan logis dengan menggunakan pola berpikir "kemungkinan". Model berpikir ilmiah dengan tipe hipothetico-dedutive dan inductive sudah mulai dimiliki anak, dengan kemampuan menarik kesimpulan, menafsirkan dan mengembangkan hipotesa
3. Komponen Perkembangan Bahasa
Perkembangan bahasa pada anak dapat dilihat juga dari pemerolehan bahasa menurut komponen - komponennya yaitu :
- Perkembangan Pragmatik
Perkembanan pragmatik atau penggunaan bahasa merupakan hal yang paling penting dalam bidang penumbuhana bahasa pada peridoe sekolah. Pada periode prasekolah anak belum memiliki keterampilan bercerita secara sistematis, selama usia sekolah proses kognitif meningkat sehingga memungkinkan anak menjadi komunikator yang lebih efektif.
Anak mulai mengenal adanya berbagai pandangan mengeni suatu topik. Mereka mendeskripsikan sesuatu tatapi deskripsi yang dibuat lebih bersifat personal tidak mempertimbangkan makna informasi
- Perkembangan sematik dan proses kognitif
Setiap individu dari usia sekolah hingga dewasa terus meningkatkan kosakata dan makna khas istilah. Secara teratur seseorang mempelajari makna lewat konteks tertentu.
Menambah kata – kata baru yang diperoleh dari mendengarkan atau membaca tulisan orang lain.
- Perkembangan Morfologis dan Sintaktik
Perkembangan bahasa pada periode ini mencakup perkembangan secara serentak ( simultan) bentuk – bentuk sitaktik yang telah ada dan memperoleh bantuk – bentuk baru. Anak memperluas kalimat dengan menggunakan frase nomina dan frase verba.
Fungsi kata gabung dan kata ganti diperluas. Anak – anak mempelajari bentuk bentuk morfem mula – mula bersifat hafalan.
- Perkembangan fonologis
Pemerolehan fonologi berkaitan dengan proses konstruksi suku kata yang terdiri dari gabungan vokal dan konsonan. Bahkan dalam babbling, anak menggunakan konsonan-vokal (KV) atau konsonan-vokal-konsonan (KVK). Proses lainnya berkaitan dengan asimilasi dan substitusi sampai pada persepsi dan produksi suara.
4. Hubungan Kemampuan Berbahasa dan Kemampuan Berfikir
Kemampuan berbahasa dan berpikir saling berpengaruh karena biasanya terjadi secara bersamaan. Dengan adanya bahasa manusia bisa mengeekspresikan cara berpikirnya dalam kata – kata sehingga bisa tertuang dalam bentuk yang berbeda beda misalnya dalam bentuk tulisan.
Pembahasan tersebut merupakan bentuk kemampuan matelinguistik. Kemampuan metelingusitik adalah kesadaran yang memungkinkan pengguna bahasa berpikir tentang bahasa dan melukan refleksi.
Menurut (Owens, 1992; 335) Kemampuan berpikir tentang bahasa dan melakukan refleksi ini tercermin dalam perkembangan keterampilan membaca dan menulis
Vygatsky : bahasa merupakan dasar bagi pembentukan konsep pikiran, kegiatan berpikir tidak mungkin terjadi tanpa menggunakan kata – kata untuk mengungkapkan pikiran. Bahasa diperlukan untuk setiap kegiatan belajar.
Piaget : bahasa itu penting untuk beberapa jenis kegiatan belajar, tetapi tidak semua kegiatan belajar, perkembangan kognitif anak mendahului perkembangan bahasanya.
B. Pemerolehan Bahasa Anak
Bahasa indonesia merupakan bahasa kedua bagi kebanyakan anak indonesia, bahasa pertamnya adalah bahasa yang didapatkan dari ibunya atau bahasa daerah. Para pakar mengatakan bahwa perkembangan bahasa kedua anak yang diperoleh dari pembelajaran tidak berbeda secara signifikan dengan yang diperoleh secara alami. Pemerolehan bahasa alami ataupun yang didapat dari proses pembelajaran memiliki proses dan urutan yang sama.
- Pengaruh Pembelajaran pada urutan pemerolehan bahasa
Bahasa indonesia adalah bahasa kedua, untuk dapat belajar bahasa indonesia dangan baik, anak – anak hendaknya juga memiliki kesiapan psikolinguistik. Untuk dapat memiiliki kesiapan psikolinguistik anak hendaknya memperoleh kesempatan untuk paling tidak mendengar penggunaan bahasa indonesia dilingkungan keluarga, lebih baik lagi jika dilingkungan keluarganya ada TV, Koran, Majalah, Buku dll.
- Pengaruh Pemebelajaran pada proses pemerolehan bahasa
Pica membedakan tiga konteks pemerolehan bahasa yaitu alami, konteks pembelajaran dan campuran.
Pica menyimpulkan bahwa pembelajaran bahasa kedua disekolah mempunyai pengaruh besar dalam pemerolehan bahasa (Freeman dan long, 1991; 309). Pembelajaran bahasa indonesia mempunyai pengaruh yang paling besar dalam pemerolehan bahasa indonesia. Namun pembelajaran bahasa indonesia disekolah jangan menekankan pada kaidah semata akan tetapi pemerolehan bahasa yang alami perlu diusahakan.
- Pengaruh pembelajaran pada kecepatan pemerolahan bahasa
Log (1983 dalam Freeman dan Long, 1991), mengkaji sebelas hasil penelitian tentang capaian belajar bahasa kedua menggunakan tiga kelompok belajar yaitu ; yang memperoleh pembelajaran, berada dalam lingkungan yang menggunakan bahasa yang dipelajari, yang memperoleh bahasa secara alami tanpa pembelajaran disekolah. Hasilnya : anak – anak yang menerima pembelajaran bahasa disekolah mangalami perkembangan pemerolehan bahasa lebih cepat dari kelompok yang lain.
C. Bentuk – bentuk penggunaan bahasa pada anak
Dalam konteks proses belajar ada banyak faktor lain yang berpengaruh terhadap perkembangan bahasa, pengalaman – pengalaman dalma bentuk penggunaan bahasa juga sangat berpengaruh. Keragaman penggunaan bahasa menyajikan karakteristik – karakteristik tertentu dalam perkembangan bahasa.
- Gaya Bercerita
Penggunaan bahasa pada setiap kondisi atau obejknya itu berbeda – beda. Cara orang tua berbicara kepada anak laki – laki dan anak perempuan itu berbeda. Ayah lebih banyak menggunakan kata perintah ketika berbicara dengan anak laki – laki dan lebih banyak mengintrupsi pembicaraan anak perempuan.
- Perkembangan Kosa kata
Selama periode usia sekolah dan dewasa, ada dua jenis penambahan makna kata. Secara horizontal anak – anak semakin mempu memahami dan dapat menggunakan suatu kata dengan makna yang tepat. Penambahan vertikal berupa peningkatan jumlah kata – kata yang dapat dipahami dan digunakan dengan tapat.
Pengentatahuan kosakata mempunyai korelasi ( hubungan ) dengan kemampuan kebahasaan secara umum. Anak yang menguasai banyak kosa kata lebih mudah memahami wacana
- Bahasa Figuratif
Bahasa figuratif menggunakanbahasa secara imaginatif, tidak secara literal, untuk menciptakan kesan emosional atau imajinatif, yang termasuk jenis bahasa figuratif ialah ungkapan, metafora, kiasan dan peribahasa.
Ungkapan adalah pernyataan pendek yang telah digunakan bertahun – tahun dan tidak dapat dianalisis secara gramatikal. Contoh : rumah makan, kamar kecil, memeotong jalan, kepala batu, ringan tangan.
Metafora dan kiasan adalah bentuk ucapan yang membandingkan benda yang sebenarnya dengan khayalan. Contoh : suara membelah bumi
Kiasan adalah perbandingan secara ekplisit biasanya dinyatakan dengan kata “seperti, bagaikan”. Contoh : Dua gadis kembar itu bagaikan pinang dibelah dua
- Perkembangan Frase Nomina dan Verba
Anak berumur 5 – 7 tahun menggunakan hampir semua elemen frase nomina dan verba, tetapi sering meninggalkan elemen – elemen tersebut meskipun sebenarnya diperlukan. Bahkan pada umur 7 tahun.
Buku Sumber : Pendidikan Bahasa Indoesia Untuk Guru Pendidikan Dasar by : Moh. Irpan, M.Pd