Pelatihan Literasi Produktif Berbasis IT, Surabaya 6 - 9 oktober 2016
Timbul pertanyaan kenapa harus mengangkat judul seperti ini, semua peserta TOT literasi pastilah selalu berpikir dan bicara sisi positif saja dari suatu kegiatan yang telah dijalaninya namun lupa dibalik itu ada juga sisi minusnya. Semua peserta pastilah sudah mengemukakan kelebihan dari pelatihan TOT Literasi Produktif Berbasis IT tersebut, kalau boleh mengkutip beberapa pendapat temen antara lain :
- 0) Kenapa nol saya buat, sebelum pelatihan saja kami sudah diperlakukan sebagai tamu agung, bagaimana tidak hanya karena beberapa lembar toresan yang telah diukir para peserta TOT literasi ini kami diberikan kesempatan untuk diterbangkan ke surabaya dengan penerbangan Gratis, penginapan gratis, dan akomodasi selama kegiatan. Mungkin pernahkah kalian berpikir bagaimana senangnya seorang guru diperlakukan seperti itu, menjadi raja dalam beberapa hari. Dan ini benar-benar nyata terjadi lewat IGI, biasanya yang bisa terbang keluar kota dengan fasilitas dijamin dan dilengkapi klo ngak ada jabatan di instansi atau organisasi atau mempunyai uang lebih, ngak mungkin saja bisa. Tapi ini tidak berlaku di IGI, Siapa yang punya kelebihan dan mau bersaing akan selalu disuport oleh IGI untuk bergerak bersama meningkatan mutu guru (Fokus IGI “Meningkatkan Profesinalisme”)
- 1)Pelatihan mana yang bisa berlangsung mulai pukul 7.30 hingga pukul 12.00 malam tanpa ada rasa lelah dan letihnya baik peserta, pelatih dan panitia. Timbul pertanyaan kenapa bisa begitu? Disinilah kehebatan para anggota IGI, mereka mengikuti pelatihan ini buka untuk bersenag-senang yang kerjanya bukan hanya datang, duduk, diam. Dan bukan juga dibayar untuk menikmati ke indahan kota surabaya. Namun punya satu tujuan untuk “Sharing and Growing Together” berbagi bersama dan berkembang bersama. Sehingga para peserta yang telah mengikuti pelatihan tersebut diharapkan mampu untuk menularkan apa yang telah diperolehnya kepada semua guru-guru di daerahnya masing-masing dan siap ditugaskan kemana saja disaat guru-guru membutuhkan.
- 2) Pelatihan tersebut berlangsung sangat menarik karena semua peserta menggunakan berbasis tablet, yang dasyatnya lagi tablet tersebut merek yang terkenal “samsung” yang mana jika fiturnya terus digali dan dikupas maka tak akan pernah cukup waktu yang tersedia untuk mengupas kelebihan fitur-fitur yang ada. Sementara waktu hanya terbatas selama 4 hari saja, sehingga sungguhlah tepat jika samsung ikut mensuport setiap kegiatan yang akan dilaksanakan IGI kedepan. Karena dengan memperkenalkan tablet dalam proses pembelajaran secara tidak langsung akan menarik perhatian siswa. Kemudian juga membantu program pemerintah untuk mengurangi penebangan pohon sebagai bahan baku kertas dan mewujudkan “Indonesia Hijau”
- 3) Pelatihan tersebut dilatih oleh beberapa pelatih yang cukup mencengangkan karena berlatar belakang profesional dan diakui oleh khalayak, sebut saja pak de Slamet Riyanto kabid Literasi dan Penerbitan Karya Guru DPP IGI selaku embahnya para penulis buku di dunia, yang karya-karya sudah tersohor sampai ke negeri paman sam dengan gagasan ide kanal penulisan buku. Selanjutnya Mas Mampuono Rasyidin sekjennya IGI selaku embahnya IT yang menggagas menulis dengan mulut dan membaca dengan telinga (Menu Bali) suatu ide yang diluar dugaan. Dan ada banyak kanal lain yaitu Mas Abdul Karim (Komik), Mas Abdul Kholiq (Satu guru satu inovasi “Sagusanov”), Mas Elyas (Satu guru satu andoroid dan animasi pembelajaran “ Sagisandro”), Mas Sukari (Pemanfaatan Server Lokal “ Server All in One), Mas Endar Sudrajat (Pemanfaatan Vicon dan Skype dalam pembelajaran), Mas M. Hairul (Satu guru satu karya Tulis Ilmiah “Sagusakti”) dan terakhir siapa yang pernah menduga bahwa yang membuat sistem pendaftaran IGI online saat ini sangat mutahir dan dikelolah oleh seorang mentor yang masih sangat muda diluar dugaan semua orang, yang dianggap beberapa temen diluar IGI suatu aplikasi pendaftaran yang sangat menarik dan patut dicontoh. Orang terakhir itu adalah Mr. Mung alias Amin Mungamar dengan gagasan Satu guru satu Blog (sagusablog”).
- 4) Pelatihan ini dihadiri juga oleh Ketua IGI siapa lagi klo buka Mr. Ramli Rahim yang bicara sangat menggebu-gebu, mengingatkan kita pada toko pemuda-pemuda diawal perjuangan dahulu, yang mana mereka bicara diluar imaginasi masanya dan dianggap orang pemikirannya sebagai khayalan belaka, namun apa yang terjadi saat ini bahwa pikiran mereka tersebut saat itu telah melampauan pola pikiran pada masanya dan terbukti saat dikemudian hari. Begitulah menggambarkan Ketum IGI ini, yaitu memiliki cita-cita yang luhur melatih para guru terlatih literasi di Indonesia, menggerakan organisasi IGI tanpa meminta-minta namun mengedepankan pola kemitraan dengan beberapa perusahan yang peduli dengan pendidikan, sebut saja PT samsung, Indosat dan lain-lain. Membuat pelatihan diseluruh indonesia dengan menggerakan semua elemen IGI dari sekup yang paling kecil dahulu yaitu melalui pelatihan disekolah-sekolah atau yang dikenal “Back to School”, di kantong-kantong daerah yang ada IGI maupun belum ada IGI untuk berkembang.
- 5) Pelatihan ini dihadiri juga oleh orang pertama yang meletakkan pondasi awal IGI berdiri pada tahun 2009, antara lain Pak Satria (Bapak Literasi Indonesia), Mas Ihsan (Ketua Dewan Penasehat IGI), Pak Gatot (Direaktur SEAMEO), Mr Nanang alias Ahmad Rizaldi (Staf Ahli Kemendikbud) serta guru-guru hebat se-indonesia yang tidak bisa disebutkan satu-persatu disini. Sungguh bangga bisa bertemu dan bersilaturahmi bersama-sama mereka.
Jika terus mengupas sisi plusnya saja tidaklah akan pernah habis isi tulisan ini dan tidaklah bijak juga jika seseorang yang mencintai sesuatu hanya mengupas yang plusnya saja dan mengesampingkan yang minusnya. Sisi minus yang tidak akan pernah diungkap seorang yang hanya mencintai IGI setengah hati, namun oleh mereka mencintai IGI dari hatinya yang paling dalam pasti mempunyai keinginan yang kuat memajukan IGI kedepan sebagai bahan intropeksi dan evaluasi kegiatan-kegiatan IGI dimasa yang akan datang. Intropeksi dan evaluasi tidak akan pernah terungkap dipublik jika hanya memperoleh pendapat dari kalangan pengurus yang sudah dikenal satu sama yang lain, atau pun dari kalangan panitia kegiatan itu sendiri, tanpa ada pendapat dari kalangan peserta literasi produktif yang mengalami kegiatan tersebut. Minusnya kegiatan tersebut dari kaca mata penulis antara lain :
- 1) Pengorganisasian peserta literasi produktif yang dianggap kurang, antara lain kontrol panitia kepada peserta literasi terbukti minim kontrol absensi setiap sesi. Alangkah baiknya setiap sesi pelatihan yang berlangsung disiapkan petugas yang mengabsen peserta sebelum menuju ruangan pertemuan, tujuannya satu untuk menertibkan administrasi laporan kedepan jika dibutuhkan. Alhamdulilah semua peserta literasi tersebut sangat antusia mengikuti kegiatan walaupun absen kadang ada, kadang juga tidak ada.
- 2) Pembatasan waktu Pelatihan, semua manusia normal pasti membutuhkan waktu yang cukup untuk istirahat, tahu kapan waktu untuk beraktivitas dan tahu waktu kapan untuk rileks. Alangkah baiknya saat pelatihan diberikan porsi waktu yang idela untuk peserat, panitia dan pelatih selama pelatihan dari pukul 8 pagi sampai 10 malam, sehingga tidak kebablasan hingga pukul 12.00 malam. Syukurlah selama 4 hari pelatihan hingga pukul 12.00 mlam tidak teras begitu lama namun sperti perjalanan waktu tersebut begitu cepat, karena begitu semangatnya peserta literasi produktif mengikutinya.
- 3) Kurangnya koordinasi kepulangan peserta literasi setelah mengikuti pelatihan yang tidak berbarengan satu sama lain, sehingga memicu perlakuan yang berbeda antara daerah yang satu dengan daerah yang lain. Alangkah baiknya kepulangan peserta literasi menuju daerahnya ada waktu jedah bisa setengah hari, bagi peserta literasi mencari buah tangan untuk dibawa pulang kekampung halaman. Selanjutnya alangkah baiknya juga disediakan waktu sehari setelah penutupan untuk peserta, panitia, pelatih beraktifitas bersama-sama menikmati keakraban bersama-sama seperti mengunjungi tempat-tempat bersejarah atau berkunjung ke objek wisata sebagai obat penat selama pelatihan. Agar setiap peserta, panitia dan pelatih rileks dan siap on fire kembali saat kembali ke daerah masing-masing,
- 4) Sebaikya selama pelatihan tidak perlu dibagi menjadi beberapa kanal, sehingga terkesan peserta literasi dibagi menjadi beberapa kelompok, yang sangat merugikan dan membatasi keinginan rasa tahu peserta literasi untuk mampu mengikuti semua pelatihan yang dilatih. Sehingga tidak ada lagi istilah setiap peserta literasi produktif hanya unggul disatu bidang. Karena judul pelatihan TOT Literasi Produktif, jadi setiap calon treainer IGI yang telah dilatih harus memiliki semua kemampuan yang telah diajarkan disurabaya. Terakhir muaranya tidak lain apa yang saya telah dikemukakan dari minusnya pelatihan ini yaitu 5) Tidak adanya lembar angket berupa responden masing-masing peserta disetiap akhir/penutupan kegiatan literasi produktif. Tujuannya mengevaluasi, kelebihan, keunggulan, kekurangan, kelemahan apa saja yang terjadi selama pelatihan untuk perbaikan kedepan baik untuk pelatih, maupun responden yang paling utama peserta TOT tersebut.
Akhirnya Pluz Minuz Telah diuraikan tanpa maksud menyudutkan salah satu pihak, tujuannya satu hanya untuk kemajuan IGI semata dengan harapan maju pendidikan di negeri tercinta ini. Terima kasih untuk semua panitia TOT literasi Produktif yang telah berkerja keras untuk mensukseskan kegiatan tersebut, LPMP Prov Jawa Timur yang telah menyediakan penginapan dan jamuan seperti hotel bintang lima, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Pengurus Pusat IGI yang telah memfasilitasi penerbangan kami secara gratis, Samsung yang memfasilitasi konten-konten Tab nya yang sangat canggih dan semua peserta yang terlibat di kegiatan Literasi Produktif Berbasi IT di Surabaya, 6-9 oktober 2016. Semoga kita semua menjadi Tonggak Sejarah yang Munculnya Literasi Produktif berbasis IT di Indonesia. Amin
Media Harja, Peserta TOT Literasi Produktif berbasis IT
Wilayah IGI Prov Sumatera Selatan (16/10/2016)