bn2v154MDaRwUuRjzbo7E5tA7HFKoHvHqpphWhL8

Jawaban Studi Kasus Praktik Baik Literasi dan Numerasi di Sekolah

Modul 3 Studi Kasus Praktik Baik Literasi dan Numerasi di Sekolah

STUDI KASUS 1

6 Cara Pengembangan Budaya Literasi di SMPN 4 Pinrang
1. Membentuk tim literasi sekolah
2. Membuat pojok baca
3. Mengadakan Pentas AKSI (Aksi Kreasi dan Literasi)
4. Menyediakan klub menulis
5. Mengelola perpustakaan dengan kegiatan edukatif dan menarik
6. Literasi terintegrasi dengan semua mata pelajaran

(Sumber: “Bangun Budaya Literasi di Sekolah” oleh Wahyuniar - SMPN 4 Pinrang, dari Surat Kabar Guru Belajar)

Jawaban Studi Kasus Praktik Baik Literasi dan Numerasi di Sekolah



Pertanyaan:

Ibu Wahyuniar mengintegrasikan literasi pada semua mata pelajaran. Apakah hal tersebut merupakan praktik baik literasi?


Ya

Tidak


Apa manfaat mengintegrasikan literasi di semua mata pelajaran?



Menunjukkan bahwa literasi dapat diterapkan dimanapun dan kapanpun


Meningkatkan literasi peserta didik dengan lebih cepat?

Menurunkan kolaborasi dengan guru mata pelajaran lain

Meningkatkan tingkat stress peserta didik dalam belajar.



Salah satu cara paling efektif meningkatkan kemampuan sebagai penulis adalah pelajaran dari bacaan berkualitas. Semakin berkembang bacaan, dari sudut genre, format ataupun penulis yang dipaparkan pada seseorang, eksplorasi dan pendalamannya, pada akhirnya akan mengantarkan pada kemahiran dalam dua kemampuan sekaligus, membaca dan menulis.
(Sumber: kumparan.com)
Pernyataan diatas sejalan dengan praktik baik Ibu Wahyuniar, yakni …



Membuat pojok baca

Mengadakan Pentas AKSI (Aksi Kreasi dan Literasi)

Menyediakan klub menulis

Mengelola perpustakaan dengan kegiatan edukatif dan menarik


STUDI KASUS 2

Pada studi kasus 2 terkait dengan mengenal pecahan dalam kehidupan. Bapak Ibu dapat menganalisisnya melalui bahan bacaan berikut ini.

Mengenal Pecahan dalam Kehidupan

“Adakah yang masih ingat arahan belajar yang Ibu berikan kemarin?” sapa saya sambil membuka forum belajar.
“Memotong benda menjadi dua bagian, tiga bagian, dan empat bagian sama besar,” jawab murid serentak.
Saya meminta mereka untuk menunjukkan hasil praktiknya. Mereka juga bisa saling melihat hasil praktik yang dilakukan oleh teman-temannya. Yang hasil praktiknya belum sama besar diberikan masukan oleh teman lainnya. Mereka tampak saling mengoreksi hasil praktik yang sudah dilakukan masing-masing. Refleks yang bagus dari murid untuk saling memberikan evaluasi dalam belajar. Saya mengapresiasi itu.
“Semuanya sudah bagus. Yang belum sama besar nanti bisa belajar lagi untuk belajar memotong yang sama besar. Yang barusan kita pelajari bersama adalah bentuk penerapan pecahan. Satu buah dipotong sama besar menjadi dua, tiga, atau empat bagian,” jawab saya menjelaskan.
“Sekarang kita kembali ke pertanyaan kalian, mengapa harus belajar pecahan, adakah yang sudah menemukan?” tanya saya kepada mereka.
“Ternyata saya sering melakukan ini di rumah Bu, bantuin Mama memotong kue menjadi sama besar buat saya, adik, dan kakak. Kalau tidak sama besar mereka marah,” jawab Belva.
Saya tertawa mendengarnya, lucu namun esensial. Murid ini belajar memotong kue yang dibelikan oleh Mamanya. Dia adalah tiga bersaudara, punya kakak dan adik. praktik memotong sama besar ini menjadi momentum belajar yang tepat, murid dikontekskan dengan realitas terdekat yang sering mereka lakukan.
Momen belajar di rumah masing-masing ini menantang, namun banyak realitas yang bisa didekati untuk dikaitkan dengan pembelajaran.
Ternyata, jauh sebelum belajar tentang pecahan kalian sudah menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Apakah sebelum pembelajaran ini kalian sudah tahu bahwa yang kalian lakukan itu adalah penerapan pecahan? Apa yang akan kalian lakukan setelah belajar pecahan ini?” tanya saya kepada anak-anak.
“Saya baru tahu bahwa membantu Bunda memotong kue menjadi empat bagian sama besar adalah pecahan. Setelah ini saya jadi lebih bersemangat membantu Bunda, karena membantu Bunda ternyata belajar pecahan,” jawab Fazril.

(Sumber: “Mengenal Pecahan dalam Kehidupan” oleh Li’lli Nur Indah Sari, dari Surat Kabar Guru Belajar)

Ibu Li’lli mengajak peserta didik melihat fungsi belajar pecahan dalam kehidupan sehari-hari. Apakah hal tersebut merupakan praktik baik numerasi?

Iya


Tidak


Pada teks di atas, terdapat pernyataan berikut.

“Ternyata saya sering melakukan ini di rumah Bu, bantuin Mama memotong kue menjadi sama besar buat saya, adik, dan kakak. Kalau tidak sama besar mereka marah,” jawab Belva.

Hal ini menunjukkan bahwa peserta didik ...




hanya mampu menyelesaikan soal ulangan diatas kertas

tidak paham kegunaan ilmunya

mampu mengaplikasikan ilmunya dalam kehidupan sehari-hari


makin malas belajar karena merasa ilmunya tak berguna



Pada teks di atas, terdapat pernyataan berikut.

“Saya baru tahu bahwa membantu Bunda memotong kue menjadi empat bagian sama besar adalah pecahan. Setelah ini saya jadi lebih bersemangat membantu Bunda, karena membantu Bunda ternyata belajar pecahan,” jawab Fazril.
Hal ini menunjukkan bahwa peserta didik ...



hanya mampu menyelesaikan soal ulangan diatas kertas

tidak paham kegunaan ilmunya

mampu sulit mengaplikasikan ilmunya dalam kehidupan sehari-hari

makin semangat belajar karena merasa ilmunya berguna.





Pertanyaan FORUM :

1. Apakah menurut Bapak dan Ibu praktik tersebut sudah sesuai dengan kebutuhan peserta didik?

2. Setelah mempelajari praktik baik literasi dan numerasi di sekolah, saya memahami …

3. Saya tertarik untuk mendalami materi …

4. Saya berharap rekan guru membantu saya pada materi ...

Jawaban: 

1. Sudah Sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
2. Penerapan yang baik dalam mengajar literasi dan numerasi kepada peserta didik.
3.Literasi dan Numerasi diterapkan disekolah.
4. Materi Literasi dan numerasi

KUMPULAN LINK JAWABAN BIMTEK LITERASI DAN NUMERASI MODUL 1

1. Soal dan Jawaban Tes Awal Bimtek Literasi dan Numerasi ( Klik Disini)
2. Jawaban Miskonsepsi Konsep Dasar Literasi Numerasi ( Klik Disini)
3. Jawaban Studi Kasus Konsep Dasar Literasi ( Klik Disini)
4. Jawaban  Studi Kasus Konsep Dasar Numerasi ( Klik Disini)
5. Jawaban Miskonsepsi Perkembangan Literasi 1 ( Klik Disini)
6. Jawaban Miskonsepsi Perkembangan Literasi 2 ( Klik Disini)
7. Jawaban Refleksi Miskonsepsi ( Klik Disini)
8. Jawaban Studi Kasus Perkembangan Literasi ( Klik Disini)
9. Jawaban Miskonsepsi Perkembangan Numerasi ( Klik Disini)
10. Jawaban Refleksi Miskonsepsi Numerasi ( Klik Disini)
11. Jawaban Studi Kasus Perkembangan Numerasi ( Klik Disini)
12. Jawaban Miskonsepsi Proses Pemrofilan Perkembangan Literasi ( Klik Disini)
13. Jawaban Studi Kasus Proses Pemrofilan Perkembangan Literasi ( Klik Disini)
14. Contoh Jawaban Evaluasi Uji Pemahaman Unggah Profilling Peserta Didik (Klik Disini)
B

Kumpulan Link Jawaban Modul 2 Implementasi Literasi dan Numerasi dalam Pembelajaran

1. Jawaban Implementasi Literasi dalam Pembelajaran Studi Kasus SD (Klik Disini)
2. Jawaban Implementasi Literasi dalam Pembelajaran Studi Kasus 1 di SMP (Klik Disini)
3. Contoh Jawaban Implementasi Literasi dalam Pembelajaran Studi Kasus 2 di SMP (Klik Disini)
4. Contoh Jawaban Studi Kasus Implementasi Numerasi dalam Pembelajaran (Klik Disini)
5. Jawaban Kuis Asesmen Pasca Aktivitas Penyusunan Program Literasi dan Numerasi berdasarkan Profil Peserta Didik (Klik Disini)
6. Evaluasi Uji Pemahaman Unggah Rancangan Penyusunan Program Literasi dan Numerasi (Klik Disini)


Kumpulan Link Jawaban Modul 3 Studi Kasus Praktik Baik Literasi dan Numerasi di Sekolah 

1. Jawaban Studi Kasus Praktik Baik Literasi dan Numerasi di Sekolah(klik Disini)
2. Jawaban kuis Pentingnya Praktik Baik Literasi dan Numerasi di Lingkungan Keluarga (klik Disini)
3. Contoh Jawaban Forum Diskusi Miskonsepsi Praktik Baik Literasi dan Numerasi di Masyarakat (klik Disini) 
4. Lembar Observasi Praktik Baik Literasi dan Numerasi (klik Disini)
5. Tes Akhir Bimtek Literasi dan Numerasi (klik Disini)
6. Laporan Pengembangan Diri Guru Belajar dan Berbagi Seri Literasi dan Numerasi (Klik Disini)
Related Posts

Related Posts

Post a Comment